Nilai-Nilai Penggerak Revolusi Mental

Nilai Penggerak

“Sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran ketika karakternya tergadai”

-Thomas Lickuna-

Indonesia, bumi khatulistiwa nan indah yang diwarnai keramahan dan keanekaragaman budayanya, terhitung hampir 71 tahun Indonesia merdeka, tentu banyak problematika bangsa yang telah dilalui, baik dari segi politik pemerintahan, ekonomi, hukum, maupun sosial kemasyarakatan yang kesemuanya itu berujung pada masalah kebudayaan. Tidak ada ekonomi dan politik tanpa kebudayaan begitu pula sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa ekonomi dan politik.

Masuknya era Globalisasi ke Indonesia sedikit demi sedikit telah mengikis kebudayaan bangsa yang dulu kental dengan budaya ketimuran berbalik arah menjadi budaya kebarat-baratan. Hedonisme, liberalisme, dan pergaulan bebas yang dianut oleh bangsa Barat diikuti oleh sebagian masyarakat Indonesia sehingga bangsa ini mengalami krisis kepribadian. Krisis ini mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa atau lemahnya mentalitas dan hancurnya karakter generasi muda.

Problematika Karakter Bangsa

Menurut pakar antropologi Indonesia, Mochtar Lubis menyatakan salah satu ciri manusia Indonesia yang tidak dapat dibanggakan adalah ciri hipokrit atau munafik. Karena pada kenyataannya, karakter bangsa Indonesia sudah melenceng dari ideologi Pancasila yang dianut. Contoh kecilnya saja, sebagaimana realitas di masyarakat Indonesia, nilai di atas kertas lebih dihargai dibandingkan proses mendapatkan nilai. Contoh kecil ini merupakan bagian dari krisis kepribadian yang sedang kita alami sehingga menyebabkan terkikis pula kejujuran dalam diri masyarakat. Maka tidak heran jika segala bentuk kecurangan telah menjamur di negeri ini.

Menanggapi isu krisis kepribadian ini muncullah gagasan “Revolusi Mental” yang dapat diartikan sebagai perubahan besar kualitas manusia ke arah yang lebih baik, bermutu, dan bermental kuat di berbagai aspek dalam jangka waktu cepat. Revolusi Mental melibatkan strategi kebudayaan sebagai pola cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak dalam kebiasaan sehari-hari.

Bung Karno dalam Pidato Kepresidenannya pada masa awal Orde Baru mengemukakan bahwa “Revolusi Mental merupakan suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang putih, berkemampuan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api menyala-nyala”. Semangat ini mencerminkan jiwa manusia Indonesia yang berideologi Pancasila.

Bila direnungkan secara mendalam, akan ditemukan simpulan bahwa pada dasarnya penggerak Revolusi Mental suatu bangsa adalah keimanan yang dimiliki setiap masyarakatnya. Semua agama di muka bumi ini pasti mengajarkan kebaikan pada setiap umatnya, karena pada hakikatnya setiap orang itu bersifat baik, dan kejahatan ada karena surutnya kebaikan yang ada dalam dirinya. Maka dalam kasus ini, akhlak yang baik atau akhlak mulia adalah kuncinya. Hal ini sebagaimana dalam al-Qur’an Allah berfirman dalam Q.s. al-Rad ayat 11:

“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan memperbaiki nasib seseorang sebelum ia memperbaiki ibadah kepada-Nya. Sungguh petunjuk Allah ini sangat jelas bagi kita sebagai seorang muslim.

Kejujuran, tanggung jawab, sikap saling percaya, rasa hormat, keberanian, ketekunan, kepedulian, integritas, dan identitas kewarganegaraan adalah dasar dari Revolusi Mental. Semua ini harus diupayakan dalam pembentukan karakter bangsa. Sehebat apapun sistem kelembagaan yang kita ciptakan tak akan berarti jika yang menjalankan sistem tersebut tidak mempunyai karakter yang kuat. Masyarakat Indonesia sering kali tidak percaya diri dalam menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, paradigma dan mindset masyarakat harus diubah.

Peran Warga Negara

Pembentukan karakter generasi bangsa menjadi PR besar bagi warga negara Indonesia. Menumbuhkan jiwa-jiwa berkarakter Pancasila dan berakhlak mulia sejatinya menjadi perhatian pemerintah maupun masyarakat. Bukan hanya pembangunan infrastrukur, tertib administrasi pemerintahan, kemajuan ekonomi, politik dan hukum saja yang menjadi sasaran Revolusi Mental bangsa Indonesia. Revolusi Mental harus ditekadkan dan dimulai dari diri sendiri, lalu lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, dan  kemudian meluas menjadi lingkungan masyarakat kota sampai negara.

Para pemuda dan anak-anak usia dini seyogyanya dijadikan sasaran intervensi sosialisasi nilai-nilai budaya positif dan mengakulturasikan budaya positif menjadi kebiasaan. Karena dari jiwa-jiwa berkarakter Pancasila dan berakhlak mulia akan tumbuh generasi dan calon pemimpin yang bukan lagi sebagai penerus tetapi pelurus generasi sebelumnya. Semoga.

Penulis Nur Fatmawati Anwar

(Juara II LKTI Gebyar Syari’ah 2016)

(Mahasiswa Jurusan Muamalah 2014)

Editor Abdul Qodir Zaelani

About admin

Check Also

Dr. Efa Rodiah Nur, MH: Workshop Fakultas Syariah Lahirkan Dokumen Kurikulum OBE-MBKM

Bandar Lampung: Workshop Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung akan melahirkan dokumen kurikulum berbasis …