Eksistensi dan Selalu Bangun Ukhuwah
Dr. Efa Rodhiyan Nur, MH
Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

Manusia dianugerahi Tuhan dengan segala kelebihannya masing-masing, yang tidak pernah ada kesamaan antara yang satu dengan lainnya. Sehingga, dengan cara itulah manusia memiliki potensi besar untuk eksis dalam berbuat baik kepada sesama manusia, dalam bentuk tolong menolong ataupun berbuat kebaikan lainnya, Allah SWT, berfirman dalam al-Qur’an, “Dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah tolong-menolong dalam keburukan dan berbuat dosa”. Agama Islam mengajarkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, karena dengan cara itulah hamba Allah akan dimuliakan, sedangkan tolong-menolong dalam keburukan dilarang oleh Tuhan, karena akan menjauhkan hamba dari ridha-Nya.

Kemanusiaan adalah hal yang harus dijaga, selain juga beribadah kepada Allah, bahkan baginda Rasulullah SAW, bersabda, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.
Eksistensi tiap manusia haruslah terawat, sehingga manusia akan menjadi manusia yang berakhlakul karimah, sikap dan perilaku manusia akan tercermin pada akhlak yang dimilikinya, karena akhlak lebih mulia dari sekedar ilmu.

Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan antara sesama muslim, karena muslim satu dan lainnya adalah bersaudara, sehingga harus saling menjaga privasi dan citranya. Bahkan seorang muslim dengan muslim lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan antara yang satu dan lainnya. Eksistensi akan terawat manakala adanya kesalingan, simbiosis mutualisme yaitu saling memberi manfaat antara keduanya.
Dalam konteks akademisi, tidaklah mungkin setiap orang mampu menguasai seribu cabang ilmu pengetahuan, sehingga dengan cara itulah manusia akan berintegrasi-interkoneksi dan selalu berkesinambungan dan saling berbagi manfaat.

Sebagai seorang pengajar akan dapat dikatakan sukses manakala mampu menghantarkan anak didiknya mencapai titik kesuksesan, dan begitulah ukhuwah dalam bidang disiplin keilmuan adalah ketika adanya kesalingan antara yang satu dengan yang lainnya.

Frekuensi dan gelombang dalam sebuah komunitas, baik instansi, maupun satuan kerja akan terasa indah manakala dibangun dengan ukhuwah, sehingga eksistensi akan senantiasa terawat, dan begitulah bahasa Agama, “watawaashaubi al-haqqi watawaa al-shaubi al-shabri” Saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran, karena sejatinya manusia memiliki potensi khilaf, sehingga ketika ukhuwah terawat secara konsisten akan ada motivasi dan sugesti yang ajek.