Ramadhan Momen Mulia Bangun Etos Kerja
Dr. Efa Radiah Nur, MH
Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

Bulan Ramadhan adalah bulan kemuliaan, sehingga Allah Ta’ala jadikan bulan ini sebagai bulan yang istimewa bagi hamba-Nya yang beriman, melalui ibadah puasa, sejatinya melatih diri kita untuk semakin semangat dalam bekerja karena bulan Ramadhan ini akan membentuk hamba yang bertaqwa yang merupakan derajat tertinggi dari segala amaliah kita.

Ibadah puasa sebagai salah satu ibadah yang diwajibkan pada bulan Ramadhan, namun demikian bahwa ibadah sunah lainnya juga turun serta mengiringi keseharian kita, mulai dari tadarus di setiap waktunya, semarak shalat tarawih yang juga ikut meramaikan suasana ibadah Ramadhan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pada bulan Ramadhan ini terdapat dua momentum besar yaitu terjadinya Nuzulul Qur’an dan terjadinya malam lailatul qadar, suatu malam yang barang siapa mendapatkannya, maka ia akan senantiasa mendapatkan kemuliaan seperti ibadah seribu bulan.

Selain ibadah vertikal juga Allah Ta’ala anjurkan juga bentuk muamalah yang harus kita bayarkan yaitu berupa shadaqah dan zakat, sebagai bentuk kepedulian kita dalam membangun keseimbangan antara Hablumminallah dan Hablumminannas. Zakat merupakan ibadah wajib yang harus kita keluarkan sebagai bentuk kepedulian kita kepada fakir dan miskin agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan selama Ramadhan dan terutama saat peringatan hari besar yaitu Idul Fitri.

Meskipun nuansa Ramadhan adalah momentum untuk berlomba-lomba dalam beribadah kepada Allah, namun juga kita harus senantiasa menjaga etos kerja kita agar tetap menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, karena setiap kita memiliki kewajiban yang harus kita jalankan dalam roda kehidupan ini untuk juga menjadi hamba yang bertaqwa, sehingga jika kita ikhlas dalam bekerja Allah pun akan senantiasa mengangkat amaliah kita sebagai pahala di sisi-Nya hingga didudukkan kita sebagai hamba yang bertaqwa.

Etos kerja adalah implementasi dari poksi kita yang setiap kita akan mengerjakan segala kebaikan dan kemaslahatan, meskipun setiap kita memiliki poksi yang berbeda-beda antara yang satu dan lainnya, maka yang akan dicatat sebagai amal ibadah adalah etos kita dan bukan kedudukan kita, maka membangun komitmen pada diri sendiri untuk kemaslahatan adalah suatu point penting yang harus kita rawat dan lestarikan sebagai bentuk apresiasi “berlomba-lomba dalam kebaikan”.