Hati yang Hadir di Hadapan Allah

34175277_1590188217776460_3605960696686182400_n

Mata Pena: Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, Dr. Alamsyah, M.Ag menyatakan hati yang hadir dan khusyuk ketika salat bagaikan ruh bagi badan. Tanpa kehadiran dan kekhusyukan hati maka salat bagaikan raga tanpa nyawa.

“Seorang hamba dalam salatnya tidak hanya muka dan badannya saja yang menghadap kiblat tetapi juga hati dan jiwanya turut hadir sepenuhnya menghadap kepada-Nya,” ujarnya saat menyampaikan kajian kitab Mau’izhatul Mukminin min Ihya’ ‘Ulumuddin beberapa waktu lalu.

Ia juga menyatakan dengan hati yang hadir maka seseorang membayangkan seolah dirinya berada langsung di hadapan Allah dan Allah selalu memperhatikannya. Kondisi kejiwaannya sibuk merenungkan kebesaran (ta’zhim) Allah, menghayati bacaan dan gerakan salat (tafahhum), dan timbul rasa takut dan malu (al khauf wal raja’) akan segala kekurangan dirinya, lalu berharap akan dilimpahi rahmat dari-Nya.

“Alangkah naif salat seorang hamba saat bibirnya mengikrarkan diri mengabdi hanya kepada Allah sementara hatinya melayang-layang memikirkan selain Allah, sibuk menilai salat orang lain, merasa paling baik, riya’ dan takabbur merasa paling benar dan diterima Allah swt,” tambahnya.

Oleh karena itu, masih menurutnya, solat tanpa kehadiran hati bagaikan jasmani tanpa roh, tidak bernyawa, tanpa nilai tanpa makna. Maka Allah mengingatkan, “Dirikanlah solat untuk mengingatku”, bukan selain-Nya.

Orang yang hatinya lupa inilah yang disindir oleh Nabi saw dalam sabdanya: “berapa banyak orang solat tetapi tidak ada yang didapatnya melainkan lelah dan letih”.

Orang yang lalai dalam salat, masih menurutnya, hatinya terhijab/terhalang dari Allah, walaupun lidahnya membaca ayat dan zikir, dan anggota tubuhnya rukuk dan sujud. Karena tertutup, maka orang yang lalai ini tidak merasakan kehadiran Allah dan mata batinnya jauh dari cahaya, sehingga salat-nya menjadi mati dan tidak membekas dalam kehidupan nyata, serta tidak mampu menghindarkannya dari perbuatan keji dan munkar.

“Hati yang hadir sangat penting agar salat menjadi hidup dan membekas untuk menjadikan pelakunya sebagai orang yang semakin dekat kepada Allah, sayang kepada sesama, memiliki sifat rendah hati, menghargai perbedaan, menghormati dan memperlakukan orang lain dengan sebaiknya, dan mendidik pelakunya untuk menjauhi semua kekejian dan kemunkaran,” jelasnya yang juga pengurus PWNU Lampung.

Ia juga menegaskan, dengan salat yang khusyu’ dan hati yang hadir maka bukan hanya menjadikan kedekatan hamba pada Tuhan-Nya tetapi juga membawa pengaruh kebaikan dalam sikap dan prilaku sosial; husnuzzhan (selalu berpikir positif dan mengalirkan energi positif pada sekitarnya), kepedulian, toleran, mengajak kepada nilai-nilai kebaikan, yang manfaatnya tidak terbatas tetapi untuk seluruh alam semesta. (Abdul Qodir Zaelani)

About admin

Check Also

Dr. Efa Rodiah Nur, MH: Workshop Fakultas Syariah Lahirkan Dokumen Kurikulum OBE-MBKM

Bandar Lampung: Workshop Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung akan melahirkan dokumen kurikulum berbasis …