(Spesial Ramadhan) Al Qur’an, Smartphone, dan Smartpeople

WhatsApp Image 2019-05-15 at 13.24.35

Teknologi smartphone atau handphone telah merubah pikiran dan budaya masyarakat Indonesia pada khususnya. Mereka seakan berlomba mengikuti trend merek terbaru dari setiap tipe smartphone yang datang. Budaya hidup mereka juga berubah seolah sangat tergantung pada HP sehingga sulit terlepas dari tangannya sedetik pun. Dimana-mana dan kapanpun HP selalu ada mengikuti. Smartphone tentu bermanfaat bagi kehidupan tetapi jika lalai dan kurang bijak dalam menggunakannya maka justru HP yang akan mengendalikan hidup, termasuk dari urusan keluarga, ibadah, dan bacaan al-Quran sendiri. Maka kita pun harus menjadi smartpeople, yakni orang yang cerdas juga, cerdas dalam membaca al-qur’an dan cerdas dalam memahaminya.

Khalid bin Walid pernah berkata tentang betapa sedihnya beliau karena tidak bisa fokus belajar dan mengajarkan al-Quran karena sibuk dengan jihadnya. “Sungguh jihad telah menyibukkan kami dari belajar Al-Quran.” Demikian kata beliau. [HR. Ibnu Abi Syaibah 6/151].

Jika Khalid saja begitu maka bagaimana dengan kita saat ini yang jarang membaca Al-Qur’an karena “tersibukan” oleh Smartphone?. Maka sangat tepat sindiran Allah swt dalam al-Qur’an sbb:

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS Al-Furqan Ayat 30

Oleh karena itu marilah kita sebagai umat muslim, memperbaiki diri dengan cara berusaha membaca lalu memahami Al-Quran setiap hari. Berusahalah membacanya walaupun hanya beberapa ayat dalam sehari, karena kita tidak sadar dan tidak tahu berapa banyak kita melakukan maksiat dalam setiap harinya. Setelah membaca lalu pahamilah ajaran-ajaran al-Qur’an itu sendiri. Dengan memahami ajaran al-Qur’an maka kita akan menemukan ajaran-ajaran Allah swt yang mulia di dalamnya. Jadi membaca al-Qur’an saja tidak cukup tanpa memhami kandungan isinya. Dalam al-Qur’an diibaratkan bahwa seseorang yang hanya bisa menenteng kitab-kitab suci dari Tuhan atau hanya membacanya tetapi tidak paham isinya adalah sama dengan keledai.
Firman Allah swt :

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al-Jumu’ah [62] : 5)

Ayat di atas walaupun diturunkan untuk mengkritik kaum Yahudi yang mengabaikan Taurat, tetapis substansinya sama berlaku juga untuk umat Islam. Artinya umat Islam yang hanya bisa membawa-bawa kitab al-Qur’an tetapi tidak membaca dan memahami apa yang dibacanya maka sama dengan himar yang hidup dalam kebodohannya, tidak ada peningkatan kualitas dan tidak pula berusaha meningkatkannya.
Nabi saw mengingatkan bahaya orang yang membaca al-Qur’an di mulut saja tetapi tidak memahami isinya dengan baik, mka tindakannya bisa menimbulkan bahaya :

يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ، يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ النَّاسِ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَمَنْ لَقِيَهُمْ فَلْيَقْتُلْهُمْ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ عِنْدَ اللهِ لِمَنْ قَتَلَهُمْ

“Di akhir zaman akan muncul kaum berusia muda, lemah akal, mereka berkata dengan perkataan orang terbaik, mereka membaca Al-Qur`an tidak mencapai kerongkongan (sebatas di mulut tak sampai hati), mereka meninggalkan agama dengan cepatnya seperti terlepasnya anak panah dari panah” (HR Ibnu Majah)

Memahami al-Qur’an sebaiknya adalah dengan membaca tafsir-tafsir yang disusun oleh para ulama terkenal, tidak dengan berdasarkan ilmu sendiri karena dikhawatirkan bisa salah paham. Apalagi jika seseorang tidak menguasai bahasa Arab dan berbagai cabang ilmu keislaman, maka sangat besar peluang terjadi kekeliruan dalam memahami al-Qur’an. Kesalahan seperti inilah yang banyak terjadi pada kalangan terorisme-radikalisme yang melakukan kekerasan atas nama Tuhan dan al-Qur’an padahal sebenarnya tindakan mereka sangat bertentangan dengan maksud ayat-ayat Tuhan yang mengajarkan dan mengedepankan proses perdamaian, cinta, kasih sayang, lemah lembut dan saling menghormati. Firman Allah swt :

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)

Dengan demikian umat Islam harus meningkatkan diri dari sekedar pengguna smartphone menjadi Smartpeople. Waktu untuk membaca al Qur’an harus diluangkan, dan waktu memahaminya harus ditingkatkan. Umat Islam bertahun-tahun hidup hanya sebatas jadi pembaca namun tidak meningkat untuk memahami isinya. Sama seperti orang yang tidak hanya bisa memainkan smartphone tetapi juga cerdas sebagai smartpeople dalam mengatur permainannya. Wallahu A’lam

Penulis: Dandy Salsa Putra adalah Mahasiswa Kelas Internasional
Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung

About admin

Check Also

Dr. Efa Rodiah Nur, MH: Workshop Fakultas Syariah Lahirkan Dokumen Kurikulum OBE-MBKM

Bandar Lampung: Workshop Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung akan melahirkan dokumen kurikulum berbasis …