Kalender Islam yang muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab (634M-644 M), yang didasarkan pada revolusi bulan terhadap bumi (lunar), dan diawali pada peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Dalam al-Qur’an disebutkan 30 kali kata hijrah dalam berbagai bentuknya, diantaranya tertuang dalam Surah al-Taubah ayat 20-22 :
الذين أمنوا وهاجروا وجاهدوا فى سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله وأوألئك هم الفائزون. يبشرهم ربهم برحمة منه ورضوان وجنات لهم فيها نعيم مقيم. خالدين فيها أبدا إن الله عنده أجر عظيم
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan, dan sorga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar.” (QS al-Taubah : 20-22) Allah Swt dengan tegas menyatakan bahwa hijrah yang dilandasi dengan iman dan kesediaan berjihad di jalan Allah, akan mendapatkan rahmat Allah, ridha Allah, dan Sorga dari Allah Swt.
Syekh Mahmud Syalthut mantan Rektor Al-Azhar Mesir menyebutkan adanya hijrah jasadiyah (makaniyah) dan hijrah qalbiyah (ma’nawiyah, haqiqiyah). Hijrah ke Habasyah Abessinia-Ethiopia, hijrah Muhammad Saw dengan Zaid bin Haritsah meminta perlindungan dan dukungan Bani Tsaqif di Thaif, dan Hijrah Rasulullah Saw bersama Abu Bakar RA dan para sahabat dari mekkah ke Madinah merupakan contoh hijrah jasadiyah sekaligus juga hijrah qalbiyah. hijrah Rasulullah Saw ke Madinah menurut Ismail Raji al-Faruqi yang paling menentukan keunggulan ajaran dan peradaban Islam.
Syekh Muhammad Khadr Husain yang juga mantan Rektor Al-Azhar Mesir menyatakan bahwa “Hijrah Muhammad Saw merupakan awal kebangunan Islam dan ufuk tempat memancar kemerdekaan seluruh ummat manusia, karena hijrah Muhammad Saw itu menjadi garis pemisah antara yang haq dengan yang bathil.” Sayyidina Umar bin Khattab pun dengan tegas menyatakan :
الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخها
“Hijrah memisahkan antara yang haq dengan yang bathil, maka jadikanlah hijrah itu sebagai awal penanggalan Islam” Ibnul Qayyim al-Jauziyah menyebutkan bahwa “hijrah dari kebatilan menuju kebenaran merupakan hijrah yang hakiki, hijrah yang sebenarnya” sejalan dengan dengan firman Allah Swt dalam al-Qur’an Surah al-Muddatsir ayat 5
والرجز فاهجر
“Dan segala perbuatan dosa, tinggalkanlah” Al-Baidhawi dalam tafsirnya Anwar At-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil menafsirkan والرجز فاهجر dengan “Perintah meninggalkan kemusyrikan dan perbuatan keji dengan segala bentuknya” itulah hijrah hakiki. Keberhasilan Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah menunjukkan keunggulan taktik dan strategi beliau bersama sahabat untuk lepas dari pengawasan dan pengejaran kafir Quraisy Makkah; beliau bersama Abu Bakar bergerak ke selatan menuju gua tsur (sedang kota Madinah berada di utara); beliau berputar ke sebelah barat menyusuri pinggiran laut merah yang tidak biasa dilalui kafilah hingga mencapai Quba dan Madinah; kesemuanya ini atas izin dan kehendak Allah Swt. Dalam Surah al-Qamar ayat 44-6 Allah Swt berfirman :
ام يقولون نحن جميع منتصر. سيهزم الجمع ويولون الدبر. بل الساعة موعدهم والساعة ادهى وامر
“Apakah mereka (kaum kafir makkah) berkata “kami adalah kelompok yang menang, kelompok mereka itu akan dihancurkan, dan mereka lari terbirit-birit. Sungguh, saatnya akan datang sebagai janji kepada mereka, dan saat itu akan sangat menyedihkan dan sangat pahit (bagi mereka)”. (QS al-Qamar : 44-46)
Isyarat keberhasilan hijrah Muhammad Saw juga disebutkan Allah Swt dalam Surah al-Qashash ayat 85 yang berbunyi :
إن الذي فرض عليك القرأن لرادك الى معاد
“Sesungguhnya Dia (Allah) yang telah menjadikan ajaran al-Qur’an sebagai panggilan kewajiban atas engkau (Muhammad), tentulah akan mengembalikan engkau ke tempat asalmu (Makkah). (QS al-Qashash : 85)
Puncak keberhasilan Nabi Muhammad Saw adalah kemampuannya menghadapi dan menyelesaikan problema spiritual, sosial-politik, dan ekonomi Madinah. Syekh Mohammad ‘Abid al-Jabiri, pemikir intelektual Marokko menyatakan : Muhammad Saw. berhasil membina aspek spiritual (akidah) ummat Islam tidak hanya melalui pengajaran, tapi juga meyakinkan pengikutnya bahwa Allah Swt selalu membantu dan melindungi ummatnya; kemenangan perang Badar (2 H), perang Uhud yang berimbang (3 H), kemenangan perang khandaq (5 H), kemenangan perang Khaibar (7 H), Penaklukan kota Makkah (8 H), hingga masuknya Rasulullah Saw bersama 114.000 sahabatnya menunaikan ibadah haji (10 H) memperkuat spiritual dan akidah kaum Muslimin. Dalam Khotbah Arafah (Haji Wadla’) Rasulullah Saw menyatakan : … ألا كل شيئ من أمر الجاهلية تحت قدمي موضوع … “Ketahuilah, semua kebiasaan-perilaku jahiliyah di bawah kekuasaanku dihapuskan”(Sa’id ibn abdu al-Qadir, al-Mughni fi al-Fiqh, Dar Ibnu Hazm, bairut, hlm. 327)
Isi utama khotbah Arafah adalah menghapuskan penindasan manusia dengan memperkuat Hak Azazi Manusia (HAM), menghapuskan riba, membela hak-hak wanita, dan menyeru ummat untuk memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah yang diajarkan Rasulullah Saw Aspek Kedua keberhasilan Muhammad Saw menata aspek qabilah; antara qabilah Arab Aus dan Khazraj; antara qabilah Yahudi Bani Nadir, Qainuqa, Quraizah, dan Mustalik; antara Muhajirin dan Anshar dalam suatu ikatan sosial-politik termasuk Piagam Madinah (صحيفة المدينة) yang berisi 47 Pasal tentang hak dan kewajiban warga Madinah, yang oleh ahli sosiologi agama Robert N. Bellah dipandang “terlalu moderen untuk masa itu” (Beyond Belief, 1976 : 150); Profesor Filsafat Moderen Huston Smith bahkan menyatakan Hijrah dan Piagam Madinah merupakan titik balik sejarah dunia, menuju masyarakat egaliter dan berperadaban (the Religions of Man), dan itu tidak dimiliki oleh kerajaan Romawi maupun Persia. Aspek ketiga yang dihadapi Muhammad Saw adalah tantangan ekonomi ummat; beliau membentuk lembaga keuangan Negara, mendirikan lembaga keuangan dan zakat ( بيت المال والزكاة ), mengembangkan “pasar anshar” ( سوق الأنصار ), mengatur “rampasan perang” (غنيمة ), membangun sistem ekonomi pertanian dan perdagangan Islami, termasuk menetapkan “pajak tanah” (حراج)dan pajak perlindungaan(جزية) kepada non-muslim, serta menjamin kehidupan kaum muhajirin yang miskin tinggal di serambi masjid sebagai “ahl ash-shuffah” (اهل الصفة) yang mendapat bantuan ekonomi dari kaum anshar. Kekuatan dan stabilitas ekonomi Madinah memperkuat kesejahteraan sosial, sekaligus mempermudah pembinaan aqidah Islam dan persatuan ummat Madinah yang pluralis. Tahun Baru Islam 1438 Hijriyah ini, selayaknya kita merenungkan “karya besar” (masterpiece) Muhammad s..a.w. dalam perjalanan hijrah dan kehidupan beliau di Madinah; termasuk ijtihad Umar bin Khattab, 17 tahun setelah peristiwa hijrah menetapkan tahun Islam berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi. Bulan-bulan dalam tahun qamariyah (dari Muharram hingga Zulhijjah) berhubungan langsung dengan waktu ibadah, baik penetapan awal puasa ramadan, idul fithri, idul adha, serta ibadah haji; karena itu perayaan tahun baru Islam 1438 Hijriyah ini perlu dijadikan momentum peningkatan iman, amal saleh, dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, Firman Allah Swt dalam Surah Ali Imran ayat 195:
… فالذين هاجروا وأخرجوا من ديارهم وأوذوا فى سبيلي وقتلوا وقتلوا لأكفرن عنهم سيئاتهم ولأدخلنهم جنات تجرى من تحتها الأنهار ثوابا من عند الله … (آل عمران أية مائة خمسة وتسعين)
“…maka orang-orang yang berhijrah yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. (QS ali Imran : 195) Wallahu A’lam…
Sumber: a.w.ke