Jakarta: Banyaknya lembaga survey yang bermunculan, terutama era reformasi, terkadang menjadikan sebagian masyarakat merasa skeptis terhadap hasil yang dilakukan oleh lembaga survey. Skeptis masyarakat beralasan, karena beberapa waktu lalu, hasil quick count pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan lembaga survey berbeda satu dengan lainnya. Karenanya, dibutuhkan ukuran kualitas atau tidaknya sebuah lembaga survey. Ada dua ukuran kualitas sebuah lembaga survey yakni kompetensi dan integritas.
“Kompetensi berkaitan dengan kemampuan lembaga survey dalam menganalisis data yang masuk. Surveyer hadir pada saat quick count. Surveyer memiliki ilmu statistik dan ilmu lainnya. Jika mensurvey persoalan toleransi misalnya, maka dalam mensurvey ada orang yang mengerti tentang agama. Sementara integritas berkaitan dengan kejujuran sebuah lembaga survey terhadap data yang didapat,” ungkap Deni dari Lembaga Survei Indonesia pada saat mengisi Diklat Teknis Substantif Keagamaan Angkatan III untuk Peneliti/Dosen (Diklat Penelitian) di Jakarta (2/8).
“Bila dipetakan, ada empat tipologi lembaga survey di Indonesia. Pertama lembaga survey yang berkompetensi dan berintegritas. Tipe lembaga survey ini sangat bagus dan berkualitas. Kedua, lembaga survey yang berkompetensi tapi tidak berintegritas, lembaga survey ini tidak ada kejujuran dalam mensurvey. Ketiga, lembaga survey yang berintegritas tapi tidak berkompetensi. Keempat, ada lembaga survey yang tidak mempunyai kompetensi dan tidak mempunyai integritas”, ujar Deni. (Abdul Qodir Zaelani)