Ramadhan telah tiba, tak terasa kita sudah berada di sepertiga bulan suci ini. Dalam Islam, bulan Ramadan adalah bulan yang sangat dirindukan umat muslim sedunia, karena pada bulan ini keberkahan dan pahala dilimpat gandakan oleh Allah Swt. Pada bulan ini, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan dibelenggu. Sebagaimana dalam hadis nabi, Rasulullah Saw bersabda: “Apabila telah tiba Ramadhan, dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup semua pintu neraka dan diikat semua syaitan”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad-Baihaqi)
Bulan Ramadan merupakan bulan berkat, bulan rahmat, bulan keampunan serta mempunyai banyak kelebihan. Bahkan bagi yang berpuasa dengan keimanan dan keikhlasan akan diampuni segala dosanya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan niscaya akan diampuninya segala dosanya yang telah lalu”. (HR. Imam Nasa’i, Ibn Majah, Ibn Hibban dan Baihaqi)
Puasa dan Pengendalian Hawa Nafsu
Menurut K.H. Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani dalam bukunya Fiqh Ibadah; Refleksi Ketundukan Hamba Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Quran dan Sunnah, dijelaskan bahwa puasa adalah arti dari kata “shiyam” yang berarti menahan diri. Menurut syara’, puasa ialah menahan diri dari makan dan minum, jimak (hubungan intim suami istri), yang dituntut oleh syara’, dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat mengharap pahala dari Allah SWT.
Puasa di bulan Ramadan diwajibkan oleh Allah bagi semua orang yang beriman, telah dewasa atau baligh dan berakal, sebagaimana dalam Surat al-Baqarah ayat 183 yang menyatakan tentang kewajiban berpuasa.
Bila dilihat secara historis, ayat ini menggunakan kata “kutiba”, artinya telah ditulis. Dengan demikian, telah ditulis tentang kewajiban melaksanakan puasa. Kewajiban tersebut ditetapkan pula kepada umat sebelum Islam. Kalimat “kama kutiba ‘ala al-ladzina min qablikum”, menjelaskan keadaan umat pada masa sebelum datangnya Islam, juga telah melaksanakan puasa. Ini berarti kewajiban berpuasa dapat dipandang sebagai bagian dari syar’u man qablana, (syari’ah sebelum Islam), lalu disempurnakan dengan datangnya syariat Islam.
Pada setiap kewajiban yang telah dilaksanakan oleh umat sebelum Islam, bagi pengikut pada zaman nabi maupun orang-orang jahiliyah, apabila norma-norma yang berlaku saat itu dipandang baik, lalu disempurnakan, ayat al-Qurannya akan manggunakan kata “kataba”, seperti pada pembagian harta warisan.
Dalam kaca mata psikologi, puasa mempunyai keutamaan yaitu sebagai pengendalian diri melalui pengaturan cara makan dan minum. Hal ini sebagai upaya untuk menjadikan diri lebih sehat. Dengan berpuasa kita menahan haus dan lapar, ini merupakan pengendalian diri yang paling mendasar yaitu untuk mengendalikan hawa nafsu.
Puasa merupakan suatu cara untuk mendidik individu dan masyarakat untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam diri walaupun hal itu diperbolehkan. Dengan berpuasa, seseorang secara sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun dalam pelaksanaannya terasa berat.
Ramadhan Penuh Keberkahan
Ramadhan disebut sebagai bulan penuh keberkahan karena di bulan suci ini terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Allah berjanji akan mengampuni dosa-dosa orang yang bersalah bila mereka segera bertobat dan memohon ampunan kepadaNya. Allah akan mengabulkan segala permohonan, bilamana hamba-hambaNya mau meminta dan berdoa. Selain itu, Allah juga akan melipatgandakan nilai ibadah hambaNya pada bulan Ramadan. Bahkan, ibadah sunah bernilai wajib dan ibadah wajib akan dilipatgandakan.
Itulah beberapa keutamaan dan keistimewaan bulan suci Ramadhan. Maka merugilah bagi orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa selama bulan Ramadhan. Mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, sebagaimana hadis Nabi: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali hanya sekadar lapar dan haus”. (Shahih al-Jami’, jilid III/174).
Oleh karena itu, mari kita jalani bulan Ramadhan ini dengan penuh suka cita. Mari kita bulatkan tekad dan niat untuk melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Mari kita berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan penuh pengharapan serta ketulusan dalam rangka meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah Swt.
Penulis | Hervin Yoki Pradikta, S.H.I., M.H.I |
Editor | Abdul Qodir Zaelani |