Suka dan Duka Anak Kost

Suka-Duka-anak-kos

Suka dan Duka Anak Kost

Oleh: Inas A’isyah Mahasiswi Fakultas Syari’ah

Sore itu, sepulang pelatian jurnalistik, perjumpaan yang tak terduga. Memandang langit mentari mulai terbenam padam. Gadis manis itu menorehkan senyuman. Sosok gadis itu tanpa lelah dan letih membawa sebongkah kardus berisikan makanan. Yang dikirimkan oleh orangtuanya dari kampung. Gadis itu menatap langit-langit kost-an membuatnya merindukan kamar pribadinya. Dia tak menghiraukan akan segala kicauan orang.

Lalu lalang motor-mobil menghampirinya. Dia tetap melangkah jauh menuju kost-an yang berkisar 1 km. Jarak tak membuatnya menyerah, tuk bisa membahagiakan kedua orangtuanya.

Setiap langkah yang di tempuh penuh arti dan makna. Orang-orang di sekitar seolah tertuju padanya. Menyapa, bertanya penuh tanda tanya. Gadis itu sosok yang ramah seramah Siti Aisyah r.a. terhadap baginda Rasulullah saw.

Tiap pijakan kaki ia tetap rendah hati. Kesederhanaan dan kerendahan hatinya. Memancarkan cahaya di wajahnya, wajahnya tampak berseri-seri. Wajahnya tampak ceria. Walaupun di sisi lain wajahnya tampak lesu dan lunglai karena kelelahan.

Kost-annya tak seluas rumah kedua orangtuanya. Luas kost-an sekitar 5 hasta. Ia tak sendiri melainkan berdua dengan temannya. Iuran kost-an dia patungan dengan teman karibnya.

Biaya makanan gadis itupun pas-pasan. Apalagi kalau belum di transfer uang musti hemat. Segala sesuatu butuh perhitungan dan pertimbangan.

“Rasa ini tak ingin merepotkan kedua orangtuaku.” ujarnya dalam hati.

Lagi-lagi memperoleh pengeluaran. Menjadi mahasiswa musti punya modal, sehingga dompet menjadi defisit.

Biaya listrik butuh pengeluaran berkisar 15.000 per orang. Sedangkan biaya kost-an berkisar Rp.2500.000,-. Belum lagi untuk membeli buku kuliah. Menantikan transferan bikin tak enak hati, apalagi bikin pemberi harapan palsu.

Di kala rindu melanda. Gadis itu hanya bisa mengadu segala keluh kesah kepada sang ilahi. Menemani kesepian. Raut wajah tampak pilu, pipinya tampak merah jambu ketika ia malu. Menggambarkan kulit putih langsat pada gadis manis itu. Tidak pendek, tetapi tidak menjulang tinggi juga.

Bola matanya bulat hitam. Terbelalak seolah ia sosok gadis yang galak. Padahal ia sosok gadis yang tegas. Hidung mancung memadai lingkar wajahnya. Bibir mungil agak tebal menoreh indah di raut wajahnya.

Sikap  dan sifatnya sangat dirindukan. Dirindukan oleh sahabat-sahabatnya. Sosok gadis manis itu adalah sosok mahasiswa berprestasi. Itulah mahasiswi fakultas tarbiyah prodi PAI di UIN radenintan lampung. Mahasiswi itu bernama Shela Nadia.

About admin

Check Also

Respon Kebutuhan Dunia Kerja, Fakultas Syariah Gelar Workshop Kurikulum OBE dan MBKM

Bandar Lampung: Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung menyelenggarakan workshop penyusunan kurikulum berbasis …