Problematika Seputar Arah Kiblat

12670776_497068670482024_3479971378717506866_n (1)

Diskusi seputar arah kiblat berkembang pesat. Apa lagi dengan perkembangan teknologi informasi,banyak kita temui diskusi di internet yang membahas tema arah kiblat. Terkait dengan kontroversi arah kiblat ini terdapat beberapa tema pokok. Di antara tema-tema tersebut antara lain:  pertama temuan beberapa orang ahli Falak ternyata banyak masjid yang arah kiblatnya kurang tepat. Kedua, masjid-masjid yang arah kiblatnya diduga berubah karena pergerakan lempeng bumi dan akibat peristiwa gempa bumi. Ketiga, fatwa MUI bahwa Letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Ka’bah/Mekah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat.

Ketiga tema diskusi tentang arah kiblat tersebut berkembang luas di tengah-tengah masyarakat. Tema pertama, temuan beberapa orang ahli Falak ternyata banyak masjid yang arah kiblatnya kurang tepat. Masjid yang diteliti bukan hanya di Indonesia tapi juga di beberapa Negara Islam lainnya. Misalnya temuan lembaga Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) yang dalam salah satu tulisan yang dimuat dalam blog mereka bahwa dari enam belas masjid yang mereka teliti menggunakan software Google Earth dan Qiblalocator. Lima dari enam belas masjid yang diteliti ditemukan arah kiblatnya melenceng. Adapun masjid-masjid yang diteliti itu adalah sebagai berikut:

  1. Masjid PPMI Assalaam, Lokasi : Kartasura Sukoharjo Jateng (Kiblat=kurang Ke utara 11° s/d 12°, beberapa perhitungan malahan lebih, sampai 14°).
  2. Masjid Assalaam Surabaya, Lokasi Perum Puri Mas Surabaya (Kiblat=Presisi)
  3. Masjid Jami’ Sumenep Madura Jawa Timur (Kiblat=kurang ke utara 25° dari arah barat atau 15° dari arah saat ini.)
  4. Masjid Kubah Emas ‘Dian al-Mahri’ Depok Jawa Barat (Kiblat=kurang ke utara 6,5°).
  5. Masjid Istiqlal Jakarta (Kiblat=Presisi).
  6. Masjid Sunda Kelapa Menteng – Jakarta (Kiblat=Presisi).
  7. Masjid Baitul Ihsan, komleks Bank Indonesia – Jakarta (Kiblat=Presisi).
  8. Masjid Islamic Center – Jakarta Utara (Kiblat=Presisi).
  9. Masjid Agung – Semarang Jawa Tengah (Kiblat=Presisi).
  10. Masjid Kampus ITS – Surabaya (Kiblat=kurang 10° ke arah utara).
  11. Masjid Kampus UGM (Kiblat=Presisi).
  12. Masjid Jami’ kota Gresik – Jawa Timur (Kiblat=Presisi).
  13. Masjid Jami’ Istiqomah – Ungaran – Jawa Tengah (Kiblat=Presisi).
  14. Masjid Agung Kediri – Jawa Timur (Kiblat=Presisi).
  15. Masjid AR Fahruddin – UMM Malang Jawa Timur (Kiblat=Presisi).
  16. Masjid R Fatah UniBraw – Malang Jawa Timur (Kiblat=kurang ke utara 2°-3°) (wordpress.com).

Beberapa laporan dari Arab Saudi menyebutkan, sekitar 200 masjid di kota Mekah tidak menghadap ke arah kiblat. Surat kabar Saudi Gazette melaporkan, orang-orang yang melihat ke bawah dari atas gedung-gedung tinggi yang baru di Mekah menemukan, mihrab di banyak masjid tua Mekah tidak mengarah langsung ke Ka’bah. Saat menunaikan salat, warga Muslim sedapat mungkin menghadap ke Ka’bah, bahkan kalau diperlukan, bisa menggunakan kompas khusus untuk mencari arah kiblat itu (200 Masjid, blogcasa.wordpress.com).

Wartawan BBC, Sebastian Usher, mengatakan, pihak berwenang belakangan melakukan pembangunan kembali kawasan di dan sekitar Masjid al-Haram. Namun, masjid-masjid lama di Mekah tetap dipertahankan keberadaannya. Kini bila dilihat dari gedung-gedung tinggi yang baru, sejumlah warga menemukan lokasi mihrab di sebagian masjid tersebut tidak tepat arah. Pada saat masjid-masjid tersebut dibangun, digunakan perkiraan kasar arah kiblat karena saat itu belum ada alat yang akurat (200 Masjid, blogcasa.wordpress.com).

Jika memang ini benar adanya, problem arah kiblat ternyata bukan cuma hanya di Indonesia saja tapi mungkin meliputi negara-negara Islam lainnya. Untuk kasus Indonesia, di Jawa tengah misalnya, seperti dituliskan Ahmad Izzudin, 70 % masjid yang ada memiliki arah kiblat yang tidak tepat (200 Masjid, blogcasa.wordpress.com).

Lalu berkembang lagi diskusi bahwa perlu dilakukan perhitungan ulang arah kiblat masjid-masjid kuno. Alasannya masjid-masjid tersebut dimungkinkan arah kiblatnya berubah karena pergerakan lempeng bumi. Bahkan karena akhir-akhir ini kerapkali terjadi peristiwa gempa bumi di Indonesia, maka masjid-masjid yang relatif belum lama dibangunpun perlu dihitung ulang arah kiblatnya. Hal ini karena mungkin saja akibat kejadian-kejadian tersebut arah kiblatnya telah berubah dari yang seharusnya.

Masyarakat yang mulai tercerahkan lewat diskusi tentang kedua tema di atas tiba-tiba dibuat bingung oleh dilkeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait arah kiblat sebagai konsekuensi dari pergeseran lempeng bumi. Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/3), MUI menegaskan pergeseran tersebut tak mempengaruhi arah kiblat. Untuk itu, MUI mengingatkan umat Islam agar tak perlu bingung dengan arah kiblat. Terlebih, dengan mengubah bahkan membongkar masjid atau musala agar mengarah ke kiblat (http://www.mui.or.id).

Tentang diktum dari fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat disebutkan, pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang salat dan dapat melihat ka’bah adalah menghadap ke bangunan Ka’bah (ainul ka’bah). (2) Kiblat bagi orang yang salat dan tidak dapat melihat Ka’bah adalah arah Ka’bah (jihat ka’bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat. Kedua, rekomendasi. MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap kea rah barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya (http://www.mui.or.id).

Poin (3) dari diktum pertam fatwa MUI di atas yang menyatakan bahwa letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat. Pada hal para pakar ilmu Falak dan astronomi sepakat bahwa arah kiblat masyarakat muslim Indonesia arah barat serong ke utara. Besaran sudut serong ke arah utara untuk suatu kota atau daerah tergantung pada hasil perhitungan arah kiblatnya.

Jika dinyatakan arah kiblat Indonesia ke arah barat menurut berhitungan ilmu Falak bukan lagi mengarah ke Ka’bah atau bahkan kota Mekah tetapi mengarah ke Somalia di benua Afrika. Na’uzubillah. Penulis menyatakan bahwa fatwa MUI tentang arah kiblat di atas menjadi kontraproduktif terhadap perkembangan ilmu Falak di Indonesia.

Penulis

Dr. Jayusman

Editor

Abdul Qodir Zaelani

About admin

Check Also

Cegah Radikalisme, UKM-F LDC Fakultas Syariah Gelar Seminar Kebangsaan

Bandar Lampung: Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Syariah (UKM-F) Law Debate Community (LDC) Sukses menggelar Kegiatan …

2 comments

  1. Novia Suryani

    Mengingatkan praktikum saat jadi mahasiswa. Dahulu pendamping ilmu falak masih pak Said.

  2. Abdul Qodir Zaelani

    Sampai sekarang pak said juga masih membimbing ilmu falak