Jakarta: Kebutuhan untuk bisa menembus jurnal terakreditasi dan bereputasi internasional menjadi sebuah keniscayaan terutama jika ingin menjadi guru besar. Kenyataannya, banyak akademisi kesulitan untuk menembus jurnal bereputasi internasional. Dr. Nooryamin Aini, dosen UIN Syarif Hidayatullah memberikan pemikirannya mengenai tips agar sebuah tulisan bisa dimuat di jurnal bereputasi internasional.
“Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menginginkan sebuah tulisan bisa dimuat di jurnal bereputasi internasional. Pertama kali yang diperhatikan adalah sejauh mana bobot tulisan tersebut berrelasi internasional. Tulisan yang diangkat mendialogkan kasus-kasus lokal dalam pandangan internasional, dalam hal ini teori yang digunakan berlaku untuk dunia internasional. Kasus-kasus lokal yang dijadikan fokus penelitian dapat mendorong pengetahuan dalam konteks keuniversalan sebuah ilmu. Dan biasanya jumlah halaman artikel berkisar 25-30 halaman dengan satu setengah spasi”, ungkap Dr. Nooryamin Aini, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat mengisi acara Diklat Teknis Substantif Keagamaan Angkatan III untuk Peneliti/Dosen (Diklat Penelitian), pada Senin (1/8) di Jakarta.
“Selain itu, ada lima hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah artikel agar bisa masuk di jurnal bereputasi. Pertama, adanya kekosongan akademik. Dalam hal ini penulis atau peneliti mengambil peran dan posisi dalam menyelesaikan persoalan akademik yang belum terselesaikan. Kedua, ada perdebatan “gagasan” atau terdapat polemik. Ada pernyataan yang perlu dibuktikan secara ilmiah. Bisa dalam bentuk kritik terhadap teori yang ada. Ketiga, penelitian lanjutan dari penelitian yang ada. Hal ini seperti penelitian Hasya Bahtiar sebagai antitesa struktur sosial dari penelitian Clifort Geertz dalam bukunya The Religion of Java. Clifort Geertz memberikan tipologi struktur masyarakat Jawa menjadi Abangan, Santri, dan Priyayi. Keempat, hindari relika-duplikasi. Jangan sampai tulisan yang dikaji sudah ada yang membahas, dan tidak ada sesuatu yang baru. Orisinalitas menjadi penting ketika menulis sebuah artikel. Dan kelima, hindari kata “dan” dalam analisis. Kalimat yang bagus dalam menganalisis sejatinya kata atau kalimat kontras dan komparasi, yakni akan tetapi dan lebih dari itu”, pungkas Dr. Nooryamin Aini. (Abdul Qodir Zaelani)